Kamis, 18 Desember 2014

Kamis Putih: Ekaristi, Melayani, dan Imamat

RP. A. Tri Mardani SCJ




            Sekitar pukul 18.00 sebagian umat mulai mendatangi Kapel Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Ya, hari ini adalah awal dari Tri Hari Suci yakni Kamis Putih. Perayaan Kamis Putih di Kapel Seminari dimulai pada pukul 19.00. Sekitar setengah jam sebelum perayaan dimulai, hujan deras menguyur Kota Palembang. Meskipun hujan, antusias umat untuk ambil bagian dalam Perayaan Kamis Putih tidak memudar. Hal tersebut dapat dilihat dari padatnya Kapel Seminari yang dihadiri umat dan para seminaris.
            Tepat pukul 19.00, perayaan dimulai dengan perarakan misdinar, petugas liturgi, keduabelas rasul dan para Imam. Misa ini dipimpin oleh P. A. Tri Mardani SCJ dan didampingi oleh P. Hendro SCJ. Perarakan diiringi oleh nyanyian merdu dari paduan suara para seminaris. Misa berlangsung dengan khidmat meksi hujan deras dan gemeruh petir tak kunjung berhenti. Dalam homilinya, Romo Dani mengajak merenungkan tiga hal yakni Ekaristi, Melayani, dan Imamat.
            Ekaristi merupakan warisan dari Yesus ketika Yesus dan para murid mengadakan perjamuan malam terakhir. Yesus ingin agar Ekaristi menjadi warisan dan dirayakan sebagai perjamuan yang tak terhapuskan. Hal ini terlihat dari sabda Yesus, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku!”. Maka Ekaristi yang kita rayakan tiap hgari atau tiap minggu atau tiap hari raya bukanlah akal-akalan gereja, akan tetapi Ekaristi merupakan pesan dari Yesus. Dalam Ekaristi, Yesus sendiri yang dikorbankan berupa roti dan anggur melalui perantaraan Imam. Secara kasat mata, hosti yang belum dikonsekrasi dan yang sesudah dikonsekrasi akan terlihat sama. Akan tetapi kita sebagai umat beriman, menghayati bahwa hosti tersebut bukanlah roti biasa tetapi Tubuh Tuhan sendiri.
            Kedua, mari kita juga merenungkan mengenai melayani. Yesus memberikan kita perintah dan teladan untuk saling melayani. Hal tersebut terlihat dari sikap Yesus yang mau membasuh kaki para murid. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh 13:14). Dari apa yang dilakukan Yesus itulah maka kita pun diajak untuk saling melayani sesama kita. Maka teladan Yesus hendaklah kita renungkan dan kita terapkan dalam kehidupan ini.
            Terakhir adalah Imamat. Sakramen Imamat diberikan kepada orang-orang khusus yang terpanggil dan terpilih. Tugas Imam adalah melayani umat, salah satunya adalah mempersembahkan Ekaristi. Namun dalam kehidupannya, Imam tentu punya kesalahan. Pada kesempatan ini, Romo Dani mewakili semua Romo meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat. Mungkin ada sikap, perbuatan, kata-katanya menjadi batu sandungan bagi umat. Selain itu, Romo Dani juga atas nama pribadi memohon maaf kepada umat, mungkin dalam kebersamaan ada sesuatu yang tidak berkenan.
            Saya minta maaf, mungkin perkataan, tatapan, dan perbuatan saya menyakiti Anda. Gaya hidup saya menjadi sandungan bagi Anda. Model rambut saya menjadi batu sandungan. Apa yang saya kenakan menjadi sandungan bagi Anda. Nasehat-nasehat saya juga menjadi batu sandungan, karena saya yang masih terlalu muda ini sering menasehati saudara sekalian. Tulisan-tulisan saya baik di majalah Komunio, Fiat, atau surat kabar lainya membuat saudara sekalin tersinggung. Oleh sebab itu saya mohon maaf.” Ungkap Romo Dani dalam akhir homilinya.
            Setelah menyampaikan homilinya, pembasuhan kaki para rasul pun dilakukan. Romo Dani menanggalkan kasula dan mulai membasuh kaki orang-orang yang telah dipilih untuk menjadi rasul. Sikap melayani ingin ditunjukkan dalam pembasuhan kaki. Setelah kaki keduabelas rasul dibasuh, Imam kembali mengenakan kasula dan melanjutkan dengan Doa Umat. Setelah itu, dilanjutkan dengan persembahan Ekaristi Kudus. Perayaan Ekaristi diakhiri dengan perarakan Sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus ditahtakan tempat yang telah disiapkan dan selanjutnya diadakan Tuguran.
            Sebagai info, Tri Hari Suci merupakan serangkain yang tidak dapat dipisahkan. Jika Anda mengamati, pada Kamis Putih diawali dengan Tanda Salib pembuka tetapi tidak diakhiri dengan Tanda Salib penutup. Sedangkan pada Jumat Agung, sama sekali tidak ada Tanda Salib. Jumat Agung dibuka dengan Imam bertiarap di bawah Salib sebagai tanda penghormatan terhadap Salib dan langsung dilanjutkan dengan Doa Pembuka serta tidak ditutup dengan berkat. Pada Sabtu Suci pun tidak diawali dengan Tanda Salib, tetapi pemberkatan lilin Paskah. Barulah setelah doa penutup Imam memberikan berkat sekaligus menjadi Tanda Salib penutup. Semoga saudara sekalian dapat memaknai Tri Hari Suci ini dengan turut serta dapat Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci, bahkan Minggu Paskah. Paskah sesungguhnya hari Minggu, maka diharapkan Ekaristi pada Minggu Paskah lebih meriah. Tuhan memberkati…

Mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan nama atau isi homilinya.. 
Selamat memasuki Tri Hari Suci

Vivat Cor Jesu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar