Rabu, 24 Desember 2014

RP. A Madya Sriyanto, SCJ: Yesus juga lahir dalam keluarga kita!

RP. Andreas Madya Sriyanto, SCJ

"Yesus juga lahir dalam keluarga kita, karena Yesus lahir melalui keluarga Yusuf dan Maria."

Pukul 19.00 WIB kapel Biara St. Fransiskus Charitas telah ramai oleh para suster Charitas dan sebagian umat yang ingin merayakan Misa malam Natal. Tepat pukul 19.30, perayaan Ekaristi pun dimulai dengan perarakan bayi Yesus menuju goa. Misa malam Natal ini dipimpin oleh Pater Propinsial SCJ Indonesia, RP. Andreas Madya Sriyanto, SCJ. Dalam homilinya, Rm. Madyo mengatakan bahwa Natal perlu kita rayakan tiap tahun. Natal kita rayakan untuk mengingat kembali bahwa Penasehat Ajaib dan Raja Damai telah datang ke dunia. Sering kali kita lupa bahkan melupakan jika Sang Terang telah datang. Pesan Rm. Madyo dalam akhir homilinya adalah bahwa Yesus lahir dalam keluarga Yusuf dan Maria,  maka harapannya juga Yesus lahir ditengah keluarga kita agar damai benar-benar dirasakan dalam keluarga.

Selamat Natal 2014! Semoga damai Natal selalu berserta kita...

ditulis dari sudut kota Palembang,
Chris YDC

Kamis, 18 Desember 2014

Kamis Putih: Ekaristi, Melayani, dan Imamat

RP. A. Tri Mardani SCJ




            Sekitar pukul 18.00 sebagian umat mulai mendatangi Kapel Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Ya, hari ini adalah awal dari Tri Hari Suci yakni Kamis Putih. Perayaan Kamis Putih di Kapel Seminari dimulai pada pukul 19.00. Sekitar setengah jam sebelum perayaan dimulai, hujan deras menguyur Kota Palembang. Meskipun hujan, antusias umat untuk ambil bagian dalam Perayaan Kamis Putih tidak memudar. Hal tersebut dapat dilihat dari padatnya Kapel Seminari yang dihadiri umat dan para seminaris.
            Tepat pukul 19.00, perayaan dimulai dengan perarakan misdinar, petugas liturgi, keduabelas rasul dan para Imam. Misa ini dipimpin oleh P. A. Tri Mardani SCJ dan didampingi oleh P. Hendro SCJ. Perarakan diiringi oleh nyanyian merdu dari paduan suara para seminaris. Misa berlangsung dengan khidmat meksi hujan deras dan gemeruh petir tak kunjung berhenti. Dalam homilinya, Romo Dani mengajak merenungkan tiga hal yakni Ekaristi, Melayani, dan Imamat.
            Ekaristi merupakan warisan dari Yesus ketika Yesus dan para murid mengadakan perjamuan malam terakhir. Yesus ingin agar Ekaristi menjadi warisan dan dirayakan sebagai perjamuan yang tak terhapuskan. Hal ini terlihat dari sabda Yesus, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku!”. Maka Ekaristi yang kita rayakan tiap hgari atau tiap minggu atau tiap hari raya bukanlah akal-akalan gereja, akan tetapi Ekaristi merupakan pesan dari Yesus. Dalam Ekaristi, Yesus sendiri yang dikorbankan berupa roti dan anggur melalui perantaraan Imam. Secara kasat mata, hosti yang belum dikonsekrasi dan yang sesudah dikonsekrasi akan terlihat sama. Akan tetapi kita sebagai umat beriman, menghayati bahwa hosti tersebut bukanlah roti biasa tetapi Tubuh Tuhan sendiri.
            Kedua, mari kita juga merenungkan mengenai melayani. Yesus memberikan kita perintah dan teladan untuk saling melayani. Hal tersebut terlihat dari sikap Yesus yang mau membasuh kaki para murid. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh 13:14). Dari apa yang dilakukan Yesus itulah maka kita pun diajak untuk saling melayani sesama kita. Maka teladan Yesus hendaklah kita renungkan dan kita terapkan dalam kehidupan ini.
            Terakhir adalah Imamat. Sakramen Imamat diberikan kepada orang-orang khusus yang terpanggil dan terpilih. Tugas Imam adalah melayani umat, salah satunya adalah mempersembahkan Ekaristi. Namun dalam kehidupannya, Imam tentu punya kesalahan. Pada kesempatan ini, Romo Dani mewakili semua Romo meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat. Mungkin ada sikap, perbuatan, kata-katanya menjadi batu sandungan bagi umat. Selain itu, Romo Dani juga atas nama pribadi memohon maaf kepada umat, mungkin dalam kebersamaan ada sesuatu yang tidak berkenan.
            Saya minta maaf, mungkin perkataan, tatapan, dan perbuatan saya menyakiti Anda. Gaya hidup saya menjadi sandungan bagi Anda. Model rambut saya menjadi batu sandungan. Apa yang saya kenakan menjadi sandungan bagi Anda. Nasehat-nasehat saya juga menjadi batu sandungan, karena saya yang masih terlalu muda ini sering menasehati saudara sekalian. Tulisan-tulisan saya baik di majalah Komunio, Fiat, atau surat kabar lainya membuat saudara sekalin tersinggung. Oleh sebab itu saya mohon maaf.” Ungkap Romo Dani dalam akhir homilinya.
            Setelah menyampaikan homilinya, pembasuhan kaki para rasul pun dilakukan. Romo Dani menanggalkan kasula dan mulai membasuh kaki orang-orang yang telah dipilih untuk menjadi rasul. Sikap melayani ingin ditunjukkan dalam pembasuhan kaki. Setelah kaki keduabelas rasul dibasuh, Imam kembali mengenakan kasula dan melanjutkan dengan Doa Umat. Setelah itu, dilanjutkan dengan persembahan Ekaristi Kudus. Perayaan Ekaristi diakhiri dengan perarakan Sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus ditahtakan tempat yang telah disiapkan dan selanjutnya diadakan Tuguran.
            Sebagai info, Tri Hari Suci merupakan serangkain yang tidak dapat dipisahkan. Jika Anda mengamati, pada Kamis Putih diawali dengan Tanda Salib pembuka tetapi tidak diakhiri dengan Tanda Salib penutup. Sedangkan pada Jumat Agung, sama sekali tidak ada Tanda Salib. Jumat Agung dibuka dengan Imam bertiarap di bawah Salib sebagai tanda penghormatan terhadap Salib dan langsung dilanjutkan dengan Doa Pembuka serta tidak ditutup dengan berkat. Pada Sabtu Suci pun tidak diawali dengan Tanda Salib, tetapi pemberkatan lilin Paskah. Barulah setelah doa penutup Imam memberikan berkat sekaligus menjadi Tanda Salib penutup. Semoga saudara sekalian dapat memaknai Tri Hari Suci ini dengan turut serta dapat Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci, bahkan Minggu Paskah. Paskah sesungguhnya hari Minggu, maka diharapkan Ekaristi pada Minggu Paskah lebih meriah. Tuhan memberkati…

Mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan nama atau isi homilinya.. 
Selamat memasuki Tri Hari Suci

Vivat Cor Jesu!


Rabu, 05 November 2014

Jangan jual "Identitas" kita !



Kalung salib dengan hati yang berlubang (sebenarnya sih hati yang terbuka)...

Bagi saya cukup menarik dan unik ketika saya melihat seorang frater yang dulu mendampingi saya retreat (sekarang sudah menjadi romo) mengenakannya. Berbadan tinggi besar, kulit putih dan memiliki penampilan yang cukup menarik, membuat kalung tersebut elok dipandang apalagi ketika beliau mengenakan jubah.
Ketika saya menanyakan dimana saya dapat membeli kalung tersebut, frater tersebut mengatakan bahwa kalung tersebut tidak dijual karena kalung tersebut ciri khas dari SCJ. (kecewa nih...). Seiring berjalannya waktu, saya diajak teman-teman untuk membantu Rm. Wahyu SCJ yang sedang mempersiapkan acara untuk OMK. Dari sanalah saya mengetahui bahwa ada beberapa orang muda yang memiliki dan menggunakan kalung tersebut. (pengen nihhh... :( ). Ternyata kalung tersebut juga dipakai oleh orang muda yang menghayati semangat Pater Dehon. Orang muda tersebut didampingi dan dibimbing oleh para SCJ sehingga semangat yang ada dalam diri SCJ dibagikan kepada orang muda tersebut. Orang muda tersebut diberi nama YDC (Youth Dehonian Community) yang menghayati semangat LoReSa (Love, Readiness, Sacrifice). Ternyata untuk mendapatkan kalung tersebut harus menjadi anggota YDC. Untuk bergabung dalam YDC, butuh proses yang cukup panjang. Tujuannya adalah agar anggota yang akan bergabung tersebut mengetahui dan menghayati "kalung" dan LoReSa yang akan mereka dapat. Proses yang cukup menarik bagi saya adalah ketika Adorasi dan dilanjutkan dengan ibadat jalan salib versi orang muda. Jalan salib tersebut bukan seperti yang biasa dilakukan ketika masa prapaskah. Jalan salib ini benar-benar merasakan bagian kecil dari Jalan Salib yang Yesus lalui. Setelah itu diadakan "Inisiasi" yakni penerimaan atau pelantikan anggota baru. Inisiasi angkatan saya dipimpin Rm. Wahyu SCJ yang diawali dengan doa persembahan diri dan selanjutnya penerimaan kalung salib hati terbuka (akhirnyaa... hehe). Dengan serangkaian proses tersebut, kalung tersebut benar-benar bermakna bagi saya dan teman-teman yang menggunakannya.
Nahh, akhir-akhir ini ada sesuatu yang membuat saya dan teman-teman galau. Ternyata beberapa saat setelah angkatan saya diinisiasi, kalung tersebut dijual bebas di Seminari (gubrakk...). Dan juga saya menemukan ada beberapa frater TOPer yang memang menjual kalung tersebut. Bahkan sering dijumpai anak-anak menggunakan kalung tersebut. Akan tetapi, ketika ditanya makna salib yang mereka gunakan, mereka tidak tahu.
Dari fenomena ini, saya dan teman-teman melihat bahwa begitu mudahnya orang mendapatkan kalung salib tersebut. Orang akan memilih membeli kalung tersebut dengan harga tertentu daripada harus ikut proses jalan salib dan sebagainya. Padahal, jalan salib tersebut sangatlah baik untuk perkembangan iman dan melatih agar menjadi orang muda yang militan.

Akhirnya, saya dan teman-teman melihat bahwa SCJ dan YDC mulai kehilangan identitas karena banyaknya tempat yang menjual kalung tersebut. Semoga salib tersebut benar-benar bermakna bagi yang menggunakanya...

"Mengapa ada lubang Hati di salib kami? Karena kami mau meneladani Dia yang terlebih dahulu membagikan Hati-Nya"

ditulis dari sudut kota Palembang yang diselimuti asap,
Chris YDC


Vivat Cor Jesu, Per Cor Mariae!

Minggu, 01 Juni 2014

Petugas Koor-nya mana ya...???

Petugas Liturgi dalam Perayaan Ekaristi sungguh sangat penting. Bayangkan jika Anda Misa di sebuah paroki besar tetapi tanpa ada Misdinar, Lektor, Pro Diakon, dan Petugas Koor. Apalagi jika Misa tersebut adalah Misa Hari Minggu yang merupakan Hari Raya dan juga Hari Raya dalam kalender liturgi. Tentu keadaan tersebut sangat memprihatinkan. Hal tersebut kadang bisa terjadi karena tidak adanya informasi dari petugas yang harusnya bertugas tetapi berhalangan.

salah satu kelompok paduan suara yang ada di Palembang

Hal tersebut pernah saya alami ketika saya merayakan Minggu Paskah ke-2 di salah satu paroki terbesar di Keuskupan Agung Palembang. Ketika itu saya mengikuti Misa pukul 06.30 WIB dan yang mengherankan ketika 5 menit sebelum Misa dimulai petugas koor masih belum datang. Menjelang Misa dimulai, diumumkanlah bahwa petugas koor yang seharusnya bertugas tidak datang. Umat yang hadir diminta dengan sukarela untuk menjadi petugas koor dadakan. Beruntung cukup banyak umat yang bersedia menjadi petugas koor dadakan tersebut dan beruntung juga ada yang bisa menjadi organis. Bagi saya hal tersebut sangat memperhatikan. Sebagai salah satu paroki tersebesar, tentu paroki tersebut sering dikunjungi wisatawan yang ingin Misa. Dan ternyata benar! Pada saat itu ternyata ada tamu dari seluruh kota di Indonesia yang sedang mengadakan pertemuan di kota pempek ini. Semua tamu tersebut orang Katolik dan mengikuti Misa di paroki ini. Tentu hal tersebut sangat memalukan!

Saya sangat berharap kepada umat yang bertugas, khususnya petugar koor untuk dapat bertugas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sekiranya Anda berhalangan dalam bertugas, dimohon dengan sangat untuk menginformasikan kepada sekretariat paroki agar dapat mencari penggantinya. Dengan demikan, hal serupa tidak terjadi lagi di paroki dengan umat terbanyak dan dikelola oleh Imam Diocesan ini. Deo Gratias

ditulis dari salah satu sudut Kota Palembang,
Chris YDC

Minggu, 30 Maret 2014

Peringatan Ulang Tahun Pater Dehon ke-171








Pada hari Jum’at, 14 Maret 2014 tepat dimana 171 tahun yang silam Pater Leo Dehon dilahirkan. Kami sebagai orang muda yang diwarisi spiritualitas Pater Dehon, berkumpul bersama dengan para Romo dan Bruder SCJ (Kongregasi Imam & Bruder Hati Kudus Yesus) untuk bersyukur atas kehadiran Pater Dehon sehingga semangatnya dapat diwarisi oleh para SCJ dan Orang Muda Dehonian (biasa disebut YDCer). Acara tersebut diselenggarakan oleh para YDCer meski direncanakan secara mendadak. Acara tersebut sebagai rasa syukur kami atas semangat cinta, siapsedia, dan rela berkorban (LoReSa) yang telkah diwarisi Pater Dehon.

dari kiri: Br. Yuwono SCJ P. Budi SCJ, P. Guntoro SCJ, P. Sapta SCJ, P. Kristianto SCJ, P. Albert OFM.Cap, P. Pramono SCJ, Br. Triyono SCJ, P. Sugiarto SCJ






Acara dimulai dengan jalan salib pada pukul 18.30 WIB di Kapel St. Mikael Rumah Retret Giri Nugraha Palembang. Sekitar pukul 19.00, ibadat jalan salib pun selesai. Pada pukul 19.15 Misa syukur dimulai. Perayaan Ekaristi tersebut dipimpin oleh P. Sapta SCJ (dewan SCJ) dan didampingi oleh P. Kristianto SCJ (penasehat YDC) serta P. Guntoro SCJ (romo muda). Selain itu, Misa juga dihadiri beberpa Romo SCJ lainnya, seperti P. Budi SCJ, dan P. Pramono SCJ. Turut hadir juga P. Albert OFM.Cap pada misa tersebut. P. Albert OFM.Cap sedang berlibur ke Palembang setelah beberapa hari sebelumnya menerima Sakramen Imamat. Br. Triyono SCJ (pendamping YDC) dan Br. Yuwono SCJ (salah satu pendiri YDC) turut hadir dalam Misa tersebut. Tidak ketinggalan juga P. Sugiarto SCJ hadir, meksi setelah Misa usai. hehe… Misa juga dihadiri sekitar 40 orang muda yang memiliki warisan semangat Pater Dehon, teman-teman dari Campus Ministry ST Musi, serta beberapa Suster. Misa bernuansa Taize tersebut berlangsung hikmat.
 








Pada homilinya, P. Sapta SCJ menampilkan slide mengenai kisah Pater Dehon. Kami diingatkan dan disegarkan kembali mengenai sejarah hidup Pater Dehon. P. Sapta juga mengajak agak warisan semangat Pater Dehon tersebut terus dihayati dan terus mewartakan Kerajaan Hati Kudus-Nya. Selelah Misa diakhiri dengan Berkat, maka acara tiup lilin dan potong kue pun dilakukan. Tidak ketinggalan juga foto-foto menjadi hal yang wajib (narsis semua.. hehe..). Selanjutnya kami makan malam bersama ala kadarnya (karena Prapaskah dan pas hari Jum’at L). Kerbersamaan pun terjalin dalam makan malam bersama tersebut. Seusai makan, kami berdinamika sebentar untuk menghilangkan rasa kangen kami setelah beberapa waktu tidak pernah berdinamika bersama. Dan pada pukul 22.00 acara pun selesai… semoga melalui peringatan Pater Dehon tersebut, LoReSa kita semakin membara untuk mewartakan Kerajaan Hati Kudus-Nya... Amin





pengikut semangat Pater Dehon




mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan nama atau acara ini
Vivat Cor Jesu, Per Cor Mariae !


ditulis dari puncak "Gunung Rahmat"
Chris YDC