Selasa, 17 Januari 2017

BOOKING tempat duduk ketika Misa?

Tahun baru merupakan hari yang dinantikan oleh banyak orang, dimana terdapat banyak harapan dan semangat baru sebagai resolusi untuk menyongsong tahun yang baru. Bagiku, hari pertama ditahun 2017 ini merupakan hari yang pernuh berkat karena boleh ikut merayakan Ekaristi (Misa) Hari Raya Santa Maria Bunda Allah di Gereja Katedral Keuskupan Agung Jakarta untuk pertama kalinya. Megahnya bangunan dan desain yang unik menjadi daya tarik bagiku. Antusias umat juga sangat besar, dimana 10 menit sebelum misa dimulai bangku gereja hampir terisi penuh.

Kursi yang di "Booking", padahal ada seorang ibu yang berdiri di kiri kursi tersebut

Bukan karena bentuk fisiknya yang terutama, tetapi Misa dihari pertama ditahun yang baru. Selama Misa berlangsung, banyak hal menarik yang bisa saya amati. Salah satunya adalah masih ada umat yang "mem-Booking" tempat duduk dengan meletakkan tas, Madah Bakti, ataupun yang lainnya. Tepat didepan tempat duduk saya, ada seorang bapak dan mungkin ibunya (atau ibu mertuanya) yang "mem-Booking" tempat duduk untuk 4 orang. Bayangkan 1 deret kursi hanya untuk duduk berdua dan sisanya diletakkan tas dan buku-buku! Saya mengamati banyak umat yang ingin duduk disana karena semua kursi telah terisi penuh, tetapi bapak tersebut mengatakan bahwa tempat tersebut ada orangnya tetapi sedang ke belakang. Saya menjadi penasaran seperti apa 4 orang yang katanya "sedang ke belakang" tersebut. Akhirnya 4 orang yang saya tunggu tersebut datang! Dan hebatnya mereka datang ketika Misa sudah sampai pada bagian Homili! 4 orang tersebut ternyata isteri dari bapak tersebut, 2 orang anaknya, dan seorang babysitter! Sungguh ironis apa yang terjadi, karena dibelakang saya banyak umat yang rela Misa berdiri dari awal sampai akhir karena tidak ada tempat duduk yang tersisa. Celakanya lagi, ada beberapa lansia juga yang ikut berdiri selama Misa berlangsung.

(dari kiri) Babysitter, isteri, Bapak yang mem-Booking, anaknya, dan ibu dari bapak tersebut

Ada yang pernah mengatakan: "Hidup di Jakarta itu keras Bro!"
Mungkinkah masih ada hati umat yang sekeras hidup di Jakarta tersebut?
Tidaklah engkau ingat hukum cinta kasih?

Jika Anda ingin mendapat tempat duduk, datanglah lebih awal! Bukan berarti bisa Anda Booking tempat duduk tersebut.

Sabtu, 19 November 2016

Raja yang Berbelas Kasih

Belum lama ini, banyak media yang memberitakan mengenai wafatnya Raja Thailand yaitu Bhumibol Adulyadej. Wafatnya Raja Thailand tersebut membuat seluruh rakyat Thailand berduka cita. Wafatnya Raja Bhumibol menarik banyak media baik lokal maupun internasional ingin memublikasikan kisah raja yang amat dicintai rakyatnya ini. Pertanyaan dasar yang timbul yaitu seperti apa sosok seorang Raja Thailand sehingga rakyat sangat kehilangan bahkan tak sedikit yang menangis ketika mengetahui Sang Raja telah wafat. Bisa jadi cara hidupnya dan kepemimpinannya yang menjadi daya tarik sehingga rakyat begitu mencintainya. Seorang yang dianggap bisa menjadi panutan, biasanya akan diidolakan. Mungkin itulah sebabnya rakyatnya sanggat kehilangan sosok pemimpin dinegaranya.



Dalam iman kita sebagai orang Kristiani, kita memiliki seorang Raja yang tak tergantikan. Dialah Yesus Kristus, Raja Semesta Alam. Raja yang menciptakan semesta alam berserta segala isinya, termasuk kita. Dialah Raja yang menjelma menjadi manusia untuk menebus dosa-dosa manusia. Seorang Raja yang mau merendahkan diri-Nya serendah-rendahnya sampai wafat di kayu salib. Raja yang berbelaskasih kepada ciptaan-Nya. Jika seorang Raja Thailand saja begitu dicintai oleh rakyatnya, lantas seberapa besar cinta kita terhadap Yesus yang merupakan Raja Semesta Alam? Bagaimana reaksi kita ketika Dia wafat disalib karena dosa-dosa kita? Sadarkah bahwa bilur-bilurNya yang menyembuhkan kita, darah-Nya yang tertumpah dikayu salib telah melunasi dosa kita, dan mahkota duri dikepala-Nya telah memahkotai kita sebagai pribadi yang paling luhur dari segala ciptaan-Nya. Sahabatku, mari sejenak kita berefleksi seberapa besar cintaku kepada Raja iman kita. Raja saja mau merendahkan diri sampai kepada titik paling rendah, maka mari kita juga mencoba merendahkan diri serendah-rendahnya sampai tak ada satu orang pun yang dapat merendahkan kita sehingga kita dapat memancarkan belas kasih dari Sang Raja.

Selamat Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam
Selamat memasuki tahun liturgi yang baru
Selamat memasuki masa penantian akan kedatangan Yesus ke dunia


Jumat, 11 November 2016

Menimba Kekuatan dari Hati Kudus-Nya

Hujan lebat yang mengguyur Kota Palembang sore itu membuat sebagian jalan mengalami banjir. Arus lalulintas menjadi terhambat dan terjadi kemacetan lalulintas dimana-mana. Hal tersebut tidak membuat niat dan hati para YDCer (sebutan untuk YDC) untuk datang ke Rumah Retret Giri Nugraha. Hari ini, Kamis 10 November 2016 YDC mengadakan ibadat Adorasi yang dimulai pukul 18.15 di Kapel St. Gabriel. Ibadat Adorasi semulanya direncanakan pukul 18.00, namun karena faktor cuaca maka diputuskan ditunda 15 menit. Ibadat Adorasi kali ini dipimpin oleh RP. Petrus Haryanto SCJ, seorang Imam muda yang mudah bergaul dengan siapa saja khsusnya Orang Muda Katholik (OMK).
RP. Pertus Haryanto SCJ sedang mentahtakan Sakramen Mahakudus

Dalam permenungan dihadapan Sakramen Mahakudus, MoHar (sapaan akrab Rm. Haryanto) mengajak untuk merenungkan kembali semangat yang telah diwarisi oleh Pater Leo Dehon (Pendiri Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus) yang dirumuskan dengan Love, Readiness, dan Sacrifice. "Dengan kasih, kesediaan, dan kurban, kita menjadi gambaran gereja yang memancarkan kasih kepada siapa saja yang kita jumpai.", ungkap romo yang saat ini bertugas di Seminari Menengah St. Paulus Palembang ini. Dalam Ibadat Adorasi ini juga kita diajak untuk berjumpa sesaat dengan Yesus lewat Sakramen Mahakudus yang di tahtakan di altar. "Mari kita berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Kita ungkapkan semua yang kita rasakan didalam hati kita. Perasaan syukur, sedih, kecewa, lelah, gembira, dan segala salib kehidupan yang kita punya.", lanjut MoHar. Dalam kesempatan ini, MoHar menawarkan bacaan Injil dari Injil Lukas 18:35-43 untuk direnungkan. Kita diajak untuk meneladani si buta yang memiliki iman yang teguh,sehingga iman itu dapat menyelamatkan. Di depan Sakramen Mahakudus, kami diajak juga mendoakan arwah-arwah orang yang pernah kita kenal ketika masih hidup didunia. "Kita tahu bahwa bulan November adalah bulan arwah orang beriman. Maka mari kita mendoakan secara pribadi orang-orang yang pernah kita kenal di dunia ini, entah keluarga, teman, atau siapa saja yang pernah kita kenal. Jiwa mereka memang akan mengalami kekekalan, namun bisa saja mereka belum mencapainya karena dosa-dosa yang mereka perbuat. Mungkin mereka masih berada di api penyucian sehingga membutuhkan doa-doa kita.", lanjut romo yang baru saja mendapatkan gelar Licentiate (setara Magister, tetapi didapat dari Kepausan) di bidang formature. Selanjutkan, kami diajak untuk memanjatkan doa-doa kami secara spontan melalui doa umat.
Adorasi: Berjumpa dengan Yesus melalui Sakramen Mahakudus
Ibadat Adorasi diakhiri dengan berkat Sakramen Mahakudus. Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami menerima berkat Sakramen Mahakudus secara pribadi dimana Yesus hadir di depan wajah kami melalui Sakramen Mahakudus. Sungguh rahmat yang luar biasa yang boleh kami terima melalui Ibadat Adorasi.
Yesus mendatangi dan tinggal ditiap pribadi melalui Berkat Sakramen Mahakudus


Setelah adorasi, acara dilanjutkan dengan makan malam bersama. Makan malam ini dihadiri oleh RP. Paulus Guntoro SCJ yang merupakan salah satu pendamping YDC wilayah Palembang serta para suster yang berkarya di RRGN. Hadir pula teman-teman YDCer yang kebetulan tidak dapat mengikuti Ibadat Adorasi karena kesibukan masing-masing. Makan malam bersama ini berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan dimana sekitar 20 orang duduk dalam 1 meja untuk menikmati sajian yang telah disiapkan. Acara diakhiri dengan bincang-bincang mengenai agenda YDC yang akan datang dan juga hal-hal yang berkaitan dengan komunitas kami. Proficiat buat teman-teman semua.... Mari kita lanjutkan perjuangan kita sebagai pewaris semangat Pater Dehon melalui LoReSa....


RP. Pertus Haryanto SCJ (berlutut paling kiri) bersama para YDCer

Makan malam bersama

Vivat Cor Jesu!



Ditulis dari sebuah warung kopi ditengah hujan deras,
Chris YDC

Rabu, 24 Desember 2014

RP. A Madya Sriyanto, SCJ: Yesus juga lahir dalam keluarga kita!

RP. Andreas Madya Sriyanto, SCJ

"Yesus juga lahir dalam keluarga kita, karena Yesus lahir melalui keluarga Yusuf dan Maria."

Pukul 19.00 WIB kapel Biara St. Fransiskus Charitas telah ramai oleh para suster Charitas dan sebagian umat yang ingin merayakan Misa malam Natal. Tepat pukul 19.30, perayaan Ekaristi pun dimulai dengan perarakan bayi Yesus menuju goa. Misa malam Natal ini dipimpin oleh Pater Propinsial SCJ Indonesia, RP. Andreas Madya Sriyanto, SCJ. Dalam homilinya, Rm. Madyo mengatakan bahwa Natal perlu kita rayakan tiap tahun. Natal kita rayakan untuk mengingat kembali bahwa Penasehat Ajaib dan Raja Damai telah datang ke dunia. Sering kali kita lupa bahkan melupakan jika Sang Terang telah datang. Pesan Rm. Madyo dalam akhir homilinya adalah bahwa Yesus lahir dalam keluarga Yusuf dan Maria,  maka harapannya juga Yesus lahir ditengah keluarga kita agar damai benar-benar dirasakan dalam keluarga.

Selamat Natal 2014! Semoga damai Natal selalu berserta kita...

ditulis dari sudut kota Palembang,
Chris YDC

Kamis, 18 Desember 2014

Kamis Putih: Ekaristi, Melayani, dan Imamat

RP. A. Tri Mardani SCJ




            Sekitar pukul 18.00 sebagian umat mulai mendatangi Kapel Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Ya, hari ini adalah awal dari Tri Hari Suci yakni Kamis Putih. Perayaan Kamis Putih di Kapel Seminari dimulai pada pukul 19.00. Sekitar setengah jam sebelum perayaan dimulai, hujan deras menguyur Kota Palembang. Meskipun hujan, antusias umat untuk ambil bagian dalam Perayaan Kamis Putih tidak memudar. Hal tersebut dapat dilihat dari padatnya Kapel Seminari yang dihadiri umat dan para seminaris.
            Tepat pukul 19.00, perayaan dimulai dengan perarakan misdinar, petugas liturgi, keduabelas rasul dan para Imam. Misa ini dipimpin oleh P. A. Tri Mardani SCJ dan didampingi oleh P. Hendro SCJ. Perarakan diiringi oleh nyanyian merdu dari paduan suara para seminaris. Misa berlangsung dengan khidmat meksi hujan deras dan gemeruh petir tak kunjung berhenti. Dalam homilinya, Romo Dani mengajak merenungkan tiga hal yakni Ekaristi, Melayani, dan Imamat.
            Ekaristi merupakan warisan dari Yesus ketika Yesus dan para murid mengadakan perjamuan malam terakhir. Yesus ingin agar Ekaristi menjadi warisan dan dirayakan sebagai perjamuan yang tak terhapuskan. Hal ini terlihat dari sabda Yesus, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku!”. Maka Ekaristi yang kita rayakan tiap hgari atau tiap minggu atau tiap hari raya bukanlah akal-akalan gereja, akan tetapi Ekaristi merupakan pesan dari Yesus. Dalam Ekaristi, Yesus sendiri yang dikorbankan berupa roti dan anggur melalui perantaraan Imam. Secara kasat mata, hosti yang belum dikonsekrasi dan yang sesudah dikonsekrasi akan terlihat sama. Akan tetapi kita sebagai umat beriman, menghayati bahwa hosti tersebut bukanlah roti biasa tetapi Tubuh Tuhan sendiri.
            Kedua, mari kita juga merenungkan mengenai melayani. Yesus memberikan kita perintah dan teladan untuk saling melayani. Hal tersebut terlihat dari sikap Yesus yang mau membasuh kaki para murid. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh 13:14). Dari apa yang dilakukan Yesus itulah maka kita pun diajak untuk saling melayani sesama kita. Maka teladan Yesus hendaklah kita renungkan dan kita terapkan dalam kehidupan ini.
            Terakhir adalah Imamat. Sakramen Imamat diberikan kepada orang-orang khusus yang terpanggil dan terpilih. Tugas Imam adalah melayani umat, salah satunya adalah mempersembahkan Ekaristi. Namun dalam kehidupannya, Imam tentu punya kesalahan. Pada kesempatan ini, Romo Dani mewakili semua Romo meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah dibuat. Mungkin ada sikap, perbuatan, kata-katanya menjadi batu sandungan bagi umat. Selain itu, Romo Dani juga atas nama pribadi memohon maaf kepada umat, mungkin dalam kebersamaan ada sesuatu yang tidak berkenan.
            Saya minta maaf, mungkin perkataan, tatapan, dan perbuatan saya menyakiti Anda. Gaya hidup saya menjadi sandungan bagi Anda. Model rambut saya menjadi batu sandungan. Apa yang saya kenakan menjadi sandungan bagi Anda. Nasehat-nasehat saya juga menjadi batu sandungan, karena saya yang masih terlalu muda ini sering menasehati saudara sekalian. Tulisan-tulisan saya baik di majalah Komunio, Fiat, atau surat kabar lainya membuat saudara sekalin tersinggung. Oleh sebab itu saya mohon maaf.” Ungkap Romo Dani dalam akhir homilinya.
            Setelah menyampaikan homilinya, pembasuhan kaki para rasul pun dilakukan. Romo Dani menanggalkan kasula dan mulai membasuh kaki orang-orang yang telah dipilih untuk menjadi rasul. Sikap melayani ingin ditunjukkan dalam pembasuhan kaki. Setelah kaki keduabelas rasul dibasuh, Imam kembali mengenakan kasula dan melanjutkan dengan Doa Umat. Setelah itu, dilanjutkan dengan persembahan Ekaristi Kudus. Perayaan Ekaristi diakhiri dengan perarakan Sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus ditahtakan tempat yang telah disiapkan dan selanjutnya diadakan Tuguran.
            Sebagai info, Tri Hari Suci merupakan serangkain yang tidak dapat dipisahkan. Jika Anda mengamati, pada Kamis Putih diawali dengan Tanda Salib pembuka tetapi tidak diakhiri dengan Tanda Salib penutup. Sedangkan pada Jumat Agung, sama sekali tidak ada Tanda Salib. Jumat Agung dibuka dengan Imam bertiarap di bawah Salib sebagai tanda penghormatan terhadap Salib dan langsung dilanjutkan dengan Doa Pembuka serta tidak ditutup dengan berkat. Pada Sabtu Suci pun tidak diawali dengan Tanda Salib, tetapi pemberkatan lilin Paskah. Barulah setelah doa penutup Imam memberikan berkat sekaligus menjadi Tanda Salib penutup. Semoga saudara sekalian dapat memaknai Tri Hari Suci ini dengan turut serta dapat Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci, bahkan Minggu Paskah. Paskah sesungguhnya hari Minggu, maka diharapkan Ekaristi pada Minggu Paskah lebih meriah. Tuhan memberkati…

Mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan nama atau isi homilinya.. 
Selamat memasuki Tri Hari Suci

Vivat Cor Jesu!


Rabu, 05 November 2014

Jangan jual "Identitas" kita !



Kalung salib dengan hati yang berlubang (sebenarnya sih hati yang terbuka)...

Bagi saya cukup menarik dan unik ketika saya melihat seorang frater yang dulu mendampingi saya retreat (sekarang sudah menjadi romo) mengenakannya. Berbadan tinggi besar, kulit putih dan memiliki penampilan yang cukup menarik, membuat kalung tersebut elok dipandang apalagi ketika beliau mengenakan jubah.
Ketika saya menanyakan dimana saya dapat membeli kalung tersebut, frater tersebut mengatakan bahwa kalung tersebut tidak dijual karena kalung tersebut ciri khas dari SCJ. (kecewa nih...). Seiring berjalannya waktu, saya diajak teman-teman untuk membantu Rm. Wahyu SCJ yang sedang mempersiapkan acara untuk OMK. Dari sanalah saya mengetahui bahwa ada beberapa orang muda yang memiliki dan menggunakan kalung tersebut. (pengen nihhh... :( ). Ternyata kalung tersebut juga dipakai oleh orang muda yang menghayati semangat Pater Dehon. Orang muda tersebut didampingi dan dibimbing oleh para SCJ sehingga semangat yang ada dalam diri SCJ dibagikan kepada orang muda tersebut. Orang muda tersebut diberi nama YDC (Youth Dehonian Community) yang menghayati semangat LoReSa (Love, Readiness, Sacrifice). Ternyata untuk mendapatkan kalung tersebut harus menjadi anggota YDC. Untuk bergabung dalam YDC, butuh proses yang cukup panjang. Tujuannya adalah agar anggota yang akan bergabung tersebut mengetahui dan menghayati "kalung" dan LoReSa yang akan mereka dapat. Proses yang cukup menarik bagi saya adalah ketika Adorasi dan dilanjutkan dengan ibadat jalan salib versi orang muda. Jalan salib tersebut bukan seperti yang biasa dilakukan ketika masa prapaskah. Jalan salib ini benar-benar merasakan bagian kecil dari Jalan Salib yang Yesus lalui. Setelah itu diadakan "Inisiasi" yakni penerimaan atau pelantikan anggota baru. Inisiasi angkatan saya dipimpin Rm. Wahyu SCJ yang diawali dengan doa persembahan diri dan selanjutnya penerimaan kalung salib hati terbuka (akhirnyaa... hehe). Dengan serangkaian proses tersebut, kalung tersebut benar-benar bermakna bagi saya dan teman-teman yang menggunakannya.
Nahh, akhir-akhir ini ada sesuatu yang membuat saya dan teman-teman galau. Ternyata beberapa saat setelah angkatan saya diinisiasi, kalung tersebut dijual bebas di Seminari (gubrakk...). Dan juga saya menemukan ada beberapa frater TOPer yang memang menjual kalung tersebut. Bahkan sering dijumpai anak-anak menggunakan kalung tersebut. Akan tetapi, ketika ditanya makna salib yang mereka gunakan, mereka tidak tahu.
Dari fenomena ini, saya dan teman-teman melihat bahwa begitu mudahnya orang mendapatkan kalung salib tersebut. Orang akan memilih membeli kalung tersebut dengan harga tertentu daripada harus ikut proses jalan salib dan sebagainya. Padahal, jalan salib tersebut sangatlah baik untuk perkembangan iman dan melatih agar menjadi orang muda yang militan.

Akhirnya, saya dan teman-teman melihat bahwa SCJ dan YDC mulai kehilangan identitas karena banyaknya tempat yang menjual kalung tersebut. Semoga salib tersebut benar-benar bermakna bagi yang menggunakanya...

"Mengapa ada lubang Hati di salib kami? Karena kami mau meneladani Dia yang terlebih dahulu membagikan Hati-Nya"

ditulis dari sudut kota Palembang yang diselimuti asap,
Chris YDC


Vivat Cor Jesu, Per Cor Mariae!

Minggu, 01 Juni 2014

Petugas Koor-nya mana ya...???

Petugas Liturgi dalam Perayaan Ekaristi sungguh sangat penting. Bayangkan jika Anda Misa di sebuah paroki besar tetapi tanpa ada Misdinar, Lektor, Pro Diakon, dan Petugas Koor. Apalagi jika Misa tersebut adalah Misa Hari Minggu yang merupakan Hari Raya dan juga Hari Raya dalam kalender liturgi. Tentu keadaan tersebut sangat memprihatinkan. Hal tersebut kadang bisa terjadi karena tidak adanya informasi dari petugas yang harusnya bertugas tetapi berhalangan.

salah satu kelompok paduan suara yang ada di Palembang

Hal tersebut pernah saya alami ketika saya merayakan Minggu Paskah ke-2 di salah satu paroki terbesar di Keuskupan Agung Palembang. Ketika itu saya mengikuti Misa pukul 06.30 WIB dan yang mengherankan ketika 5 menit sebelum Misa dimulai petugas koor masih belum datang. Menjelang Misa dimulai, diumumkanlah bahwa petugas koor yang seharusnya bertugas tidak datang. Umat yang hadir diminta dengan sukarela untuk menjadi petugas koor dadakan. Beruntung cukup banyak umat yang bersedia menjadi petugas koor dadakan tersebut dan beruntung juga ada yang bisa menjadi organis. Bagi saya hal tersebut sangat memperhatikan. Sebagai salah satu paroki tersebesar, tentu paroki tersebut sering dikunjungi wisatawan yang ingin Misa. Dan ternyata benar! Pada saat itu ternyata ada tamu dari seluruh kota di Indonesia yang sedang mengadakan pertemuan di kota pempek ini. Semua tamu tersebut orang Katolik dan mengikuti Misa di paroki ini. Tentu hal tersebut sangat memalukan!

Saya sangat berharap kepada umat yang bertugas, khususnya petugar koor untuk dapat bertugas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sekiranya Anda berhalangan dalam bertugas, dimohon dengan sangat untuk menginformasikan kepada sekretariat paroki agar dapat mencari penggantinya. Dengan demikan, hal serupa tidak terjadi lagi di paroki dengan umat terbanyak dan dikelola oleh Imam Diocesan ini. Deo Gratias

ditulis dari salah satu sudut Kota Palembang,
Chris YDC