|
RP. A. Tri Mardani SCJ |
Sekitar pukul 18.00
sebagian umat mulai mendatangi Kapel Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Ya,
hari ini adalah awal dari Tri Hari Suci yakni Kamis Putih. Perayaan Kamis Putih
di Kapel Seminari dimulai pada pukul 19.00. Sekitar setengah jam sebelum
perayaan dimulai, hujan deras menguyur Kota Palembang. Meskipun hujan, antusias
umat untuk ambil bagian dalam Perayaan Kamis Putih tidak memudar. Hal tersebut
dapat dilihat dari padatnya Kapel Seminari yang dihadiri umat dan para
seminaris.
Tepat pukul 19.00,
perayaan dimulai dengan perarakan misdinar, petugas liturgi, keduabelas rasul
dan para Imam. Misa ini dipimpin oleh P. A. Tri Mardani SCJ dan didampingi oleh
P. Hendro SCJ. Perarakan diiringi oleh nyanyian merdu dari paduan suara para
seminaris. Misa berlangsung dengan khidmat meksi hujan deras dan gemeruh petir
tak kunjung berhenti. Dalam homilinya, Romo Dani mengajak merenungkan tiga hal
yakni Ekaristi, Melayani, dan Imamat.
Ekaristi merupakan
warisan dari Yesus ketika Yesus dan para murid mengadakan perjamuan malam terakhir.
Yesus ingin agar Ekaristi menjadi warisan dan dirayakan sebagai perjamuan yang
tak terhapuskan. Hal ini terlihat dari sabda Yesus, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku!”. Maka Ekaristi yang kita
rayakan tiap hgari atau tiap minggu atau tiap hari raya bukanlah akal-akalan
gereja, akan tetapi Ekaristi merupakan pesan dari Yesus. Dalam Ekaristi, Yesus
sendiri yang dikorbankan berupa roti dan anggur melalui perantaraan Imam. Secara
kasat mata, hosti yang belum dikonsekrasi dan yang sesudah dikonsekrasi akan
terlihat sama. Akan tetapi kita sebagai umat beriman, menghayati bahwa hosti
tersebut bukanlah roti biasa tetapi Tubuh Tuhan sendiri.
Kedua, mari kita juga
merenungkan mengenai melayani. Yesus memberikan kita perintah dan teladan untuk
saling melayani. Hal tersebut terlihat dari sikap Yesus yang mau membasuh kaki
para murid. “Jadi jikalau Aku membasuh
kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh
kakimu.” (Yoh 13:14). Dari apa yang dilakukan Yesus itulah maka kita pun
diajak untuk saling melayani sesama kita. Maka teladan Yesus hendaklah kita
renungkan dan kita terapkan dalam kehidupan ini.
Terakhir adalah Imamat.
Sakramen Imamat diberikan kepada orang-orang khusus yang terpanggil dan
terpilih. Tugas Imam adalah melayani umat, salah satunya adalah mempersembahkan
Ekaristi. Namun dalam kehidupannya, Imam tentu punya kesalahan. Pada kesempatan
ini, Romo Dani mewakili semua Romo meminta maaf atas segala kesalahan yang
pernah dibuat. Mungkin ada sikap, perbuatan, kata-katanya menjadi batu
sandungan bagi umat. Selain itu, Romo Dani juga atas nama pribadi memohon maaf
kepada umat, mungkin dalam kebersamaan ada sesuatu yang tidak berkenan.
“Saya minta maaf, mungkin perkataan, tatapan, dan perbuatan saya
menyakiti Anda. Gaya hidup saya menjadi sandungan bagi Anda. Model rambut saya
menjadi batu sandungan. Apa yang saya kenakan menjadi sandungan bagi Anda. Nasehat-nasehat
saya juga menjadi batu sandungan, karena saya yang masih terlalu muda ini
sering menasehati saudara sekalian. Tulisan-tulisan saya baik di majalah
Komunio, Fiat, atau surat kabar lainya membuat saudara sekalin tersinggung. Oleh
sebab itu saya mohon maaf.” Ungkap Romo Dani dalam akhir homilinya.
Setelah menyampaikan
homilinya, pembasuhan kaki para rasul pun dilakukan. Romo Dani menanggalkan kasula
dan mulai membasuh kaki orang-orang yang telah dipilih untuk menjadi rasul. Sikap
melayani ingin ditunjukkan dalam pembasuhan kaki. Setelah kaki keduabelas rasul
dibasuh, Imam kembali mengenakan kasula dan melanjutkan dengan Doa Umat. Setelah
itu, dilanjutkan dengan persembahan Ekaristi Kudus. Perayaan Ekaristi diakhiri
dengan perarakan Sakramen Mahakudus. Sakramen Mahakudus ditahtakan tempat yang
telah disiapkan dan selanjutnya diadakan Tuguran.
Sebagai info, Tri Hari
Suci merupakan serangkain yang tidak dapat dipisahkan. Jika Anda mengamati,
pada Kamis Putih diawali dengan Tanda Salib pembuka tetapi tidak diakhiri dengan
Tanda Salib penutup. Sedangkan pada Jumat Agung, sama sekali tidak ada Tanda
Salib. Jumat Agung dibuka dengan Imam bertiarap di bawah Salib sebagai tanda
penghormatan terhadap Salib dan langsung dilanjutkan dengan Doa Pembuka serta
tidak ditutup dengan berkat. Pada Sabtu Suci pun tidak diawali dengan Tanda Salib,
tetapi pemberkatan lilin Paskah. Barulah setelah doa penutup Imam memberikan
berkat sekaligus menjadi Tanda Salib penutup. Semoga saudara sekalian dapat
memaknai Tri Hari Suci ini dengan turut serta dapat Kamis Putih, Jumat Agung
dan Sabtu Suci, bahkan Minggu Paskah. Paskah sesungguhnya hari Minggu, maka
diharapkan Ekaristi pada Minggu Paskah lebih meriah. Tuhan memberkati…
Mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan nama atau isi homilinya..
Selamat memasuki Tri Hari Suci
Vivat Cor Jesu!